Pelangi melintas. Mengabaikan perhatianku yang lain. Pandangan sepersekian detik itu sejenak mengingatkanku akan kedekatan kami, saat itu.
Aku memanggilnya pelangi. Gadis manis yang penyabar dan sangat "kalem" itu pernah mempesonaku. Sampai saat ini aku tak pernah berhenti terpesona setiap kali dia berbicara di depanku.
Aku mencermati setiap kata demi kata yang dia ucapkan. Ada keteduhan. Ada ketenangan yang muncul saat mendengar suaranya.
Secara sadar, dia bukan gadis yang begitu cantik. Namun bagiku, dia sempurna. Kesempurnaannya hadir dalam ramah dan santun tingkah laku yang aku amati dalam kesehariannya.
Dia seorang pengajar di sebuah taman pendidikan alqur'an. Dia pernah bercerita bahwa murid-muridnya seringkali memanggilnya bunda. Aku pun mengiyakan. Aku juga merasa demikian. Sifat penyabarnya meluluhkan setiap hati yang mengenalnya.
Beberapa bulan yang lalu, aku sempat mengunjungi kediamannya. Rumahnya jauh dari kota ini, Surabaya. Perjalanan kutempuh meletihkan, hingga akhirnya kudapati dia ada di rumahnya.
Aku ke rumahnya bukan tanpa alasan. Niat kami (rombongan) untuk takziyah. Iya, beberapa waktu yang lalu ayahnya meninggal. Aku pun sedih mendengarnya. Dia anak tunggal dalam keluarganya. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Sepertinya dia keluarga petani.
Aku merasakan kesedihannya saat itu, hingga dia bercerita kalau dia tidak akan meneruskan kuliah s2 nya. karena yang aku tahu, dia ingin sekolah lagi setelah dia lulus. Aku tahu alasan mengapa dia berubah pikiran, dia ingin menemani ibunya. Dia ingin membantu ibunya di rumah. Dengan sejenak menunda sekolahnya dulu.
Kau masih yang terindah pelangiku. Aku tak punya pilihan lain selain hanya melihatmu dari jauh. karena aku mungkin telah menyerah untuk mampu berjuang mendapatkan hatimu. Berlian yang menenangkan.
Pesonamu selalu menenangkanku, nalurimu pancarkan aura keibuan yang penyayang dan sabar. cocok sebagai istri yang baik. bukan untuk disakiti dan dikhianati. :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar